Senin, 22 Juni 2009

Alas Purwo National Park "ECOLOGY PRACTICUM"

Oleh : Alfan Fitra (063244213)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2009

Taman Nasional Alas Purwo merupakan salah perwakilan tipe ekosistem hutan hujan dataran rendah di Pulau Jawa. Taman Nasional Alas Purwo (TNAP) dikenal sebagai semenanjung Blambangan, terletak di kecamatan Tegaldlimo dan kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Indonesia. Secara geografis TNAP berada pada 8° 26’ 45” - 8° 47’ 00” LS dan 114° 20’ 16” - 114° 36’ 00” BT, merupakan salahsatu kawasan pelestarian alam di Indonesia.

Tumbuhan khas dan endemik pada taman nasional ini yaitu sawo kecik (Manilkara kauki) dan bambu manggong (Gigantochloa manggong). Tumbuhan lainnya adalah ketapang (Terminalia cattapa), nyamplung (Calophyllum inophyllum), kepuh (Sterculia foetida), keben (Barringtonia asiatica), dan 13 jenis bambu.

Hutan merupakan jenis nabatah yang paling subur, salah satu jenis hutan yang terdapat di pinggiran pantai Bama dapat dikategorikan sebagi hutan hujan tropis. Jenis hutan ini biasanya mampu menerima curah hujan berlimpah sekitar 25-26˚C dan kelembapannya rata-rata 80%.

Pantai Triangulasi diambil dari nama tugu Triangulasi/titik ikat yang terletak di dekat pantai. Pantai Triangulasi merupakan pantai yang indah panoramanya, berpasir putih, dengan formasi hutan pantai yang didominasi oleh pohon Bogem serta Nyamplung.

Komponan dasar hutan ini biasanya pepohonan yang memiliki tinggi rata-rata 20 cm, pepohonan ini sering tergabung dengan tumbuhan lain seperti tumbuhan terna, perambat, epifit, sprofit, dan parasit. Salah satu ciri yang menonjol dari hutan ini adalah tumbuhan berkayu, yang mana beberapa jenis terdiri epifit dan sebagian kecil tumbuhan teduhan yang bersifat terna. Pada umumnya jenis hutan ini kaya akan spesies pohon, pepohonan yang ada di hutan ini menonjol sekali keseragamannya dalam kenampakan dan betuk. Pepohonan tersebut cenderung berbatang lurus dan ramping dengan percabangan kebanyakan barada pada puncaknya. Pada bagian pangkal batang dari beberapa jenis pohon mempunyai banir. Pohon tersebut sering punya pegagan yipis, licin tanpa retakan atau lentisel yang jelas. Daunnya cenderung berukuran besar, berwarna hijau dengan tepi rata. Di hutan ini jarang ditemukan bungan yang besar dan berwarna mencolok.

Dalam hal lingkar batang pepohonan di hutan ini dikenal kerampingannya kurang lebih satu meter. Keragaman yang besar dalam tingggi pohon tercermin dalam lapisan tajuknya. Meskipun hutan tersebut kelihatan teduh dan lebat tetapi masih dapat ditembus sinar matahari. Hal ini disebabkan tumbuhan naungannya tersebar sacara jarang dengan tingkat kerapatan yang lebih rendah dibandingkan dengan kerapatan pada jenis hutan yang lain. Disamping faktor kerapatan tanahnya juga tertutup oleh guguran daun. Sudut yang terbentuk oleh tajuk pepohonan membuat tanah hutan ini agak remang-remang dengan berkas-berkas cahaya yang terspisah memnembus sudut sampai kedasarnya. Corak lain yang mencolok pada tumbuhan di hutan ini adalah tumbuhan yang tumbuh merambat dan epifit. Tumbuhan yang merambat itu ebagian beasr terdiri atas varietas kayu yang memiliki panjanng yang tidakterhingga sehinggga dapat bergelantungan dan beruntai-untai pada pepohonan di hutan. Disini terdapat banyak spesies tumbuhan yang merambat. Selain tumbuhan yang merambat masih ada spesies lain yaitu tumbuhan Jenis epifit walaupun tidak mendominasi tapi keberadaan tumbuhan ini mempengaruhi tingkat kerapatan hutan. Salah satu ciri dari tumbuhan ini adalah menempel pada batang pokok pada perdu dan jenis tumbuhan lain seperti liana.

Pada jenis nabatah yang agak kering pada daerah ketinggian tertentu tumbuhan epifit akan menghadapi kekurangan air maupun mineral. Untuk kebutuhan haranya epifit tidak mengambil dari inangnya tapi hanya menempel, inilah yang membedakan tumbuhan epifit dengan tumbuhan parasit lainnya. Adapaun salah satu ciri yang membedakan tumbuhan epifit yang hidup di daerah tropis menyakup tumbuhan berpembuluh terutama tumbuhan pteridofit dan tumbuhan berbunga sedangkan di daerah lain tumbuhan epifit terdiri atas jenis ganggang, jamur, dan lumut. Adapunm faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran tumbuhan adalah faktor pencahayaan, keteduhan yang pekat, dan cakupan wilayah yang luas sangat berpengaruh terhadap penyebaran dan kerapatan dari jenis hutan ini, adapun faktor kedua yang mempengaruhi penyebaran adalah faktor kemiringan yang nanti juga mempengaruhi koloni pembentukan biji dan spora dan faktor ketiga yang mempengaruhi penyebaran pohon di hutan ini adalah faktor umur dan spesies tumbuhan inang. Perbedaan dalam kelimpahan dan susunan flora tergantung pada spesies pohonnya. Secara umum tumbuhan yang mendominasi hutan di wilayah ini adalah tumbuhan mahoni, nyamplung dan baros. Walaupun hutan hujan tropik telah memampilkan komunitas yang paling rumit tetapi telah memberikan kesan keredupan dan kesenadaan karena sifat pepeohonan dan dedaunannya yang nampak seragam serta pertumbuhan dan perkembangan tak henti-henti tanpa dipengaruhi perubahan musim yang mencolok

Tidak ada komentar:

kanguru

KANGURU (Macropus)

Kanguru atau kangguru adalah hewan mamalia yang memiliki kantung (marsupialia). Hewan ini termasuk hewan khas Australia. Kata kanguru diambil dari bahasa Aborigin gangguru. Kanguru adalah mamalia marsupial terbesar, yang digolongkan pada keluarga Makropodidae. Ia dapat meloncat dengan kaki belakang secara stabil dengan kecepatan 40-60 km per jam. Jika berjalan lamban, ekornya berfungsi sebagai kaki ketiga. Kebanyakan kanguru berjalan dengan kedua kaki bergerak bersamaan, bukan kiri kanan, kiri kanan. Ia pun bisa bertahan tanpa minum air selama berbulan-bulan karena memiliki kantong minuman. Ia adalah pemakan rumput dan dedaunan.

Regnum : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mammalia

Subkelas : Marsupialia

Ordo : Diprotodontia

Suborde : Phalangerida

Familia : Macropodidae

Genus : Macropus

Spesies terbesar binatang kanguru, yaitu kanguru merah, dapat memiliki kepala hingga sebesar seekor biri-biri, dengan tinggi badan mencapai 7 feet (210 cm). Sebenarnya di masa lampau pernah hidup spesies kanguru dengan ukuran lebih besar lagi. Dari penemuan fosil, tinggi spesies kanguru raksasa ini menjulang hingga 10 feet (304 cm, setinggi ring basket), dengan kepala sebesar kuda poni Shetland. Tentu saja tidak semua kanguru berukuran raksasa. Ada jenis kanguru dalam bentuk miniatur, diantaranya adalah Musk Kangoroo, yang besarnya tidak lebih dari seekor kelinci

Kanguru purba dan hewan-hewan berkantung raksasa yang pernah hidup di Australia kemungkinan besar mengalami kepunahan karena kelaparan dan perubahan iklim bukannya diburu manusia. Penelitian yang dilakukan pada situs penggalian di Danau Menindee, bagian barat New South Wales menunjukkan bukti bahwa iklim dingin pada akhir Zaman Es diliputi kekeringan yang menyebabkan mamalia-mamalia raksasa mati kelaparan.

Para paleontologi yang melakukan penggalian di bagian utara Benua Australia menemukan fosil spesies yang diperkirakan sebagai kanguru predator. Mamalia berkantung yang mirip dengan kanguru namun memakan daging tersebut hidup antara 10 juta hingga 20 juta tahun lalu.

Profesor Mike Archer dari Universitas New South Wales mengatakan penggalian ini berhasil menguak materi yang benar-benar baru. Menurutnya, kanguru pembunuh mungkin tidak berbentuk seperti kanguru modern yang hidup di Australia saat ini. "Gigi taringnya panjang dan berlari dengan kaki belakangnya yang panjang bukannya melompat," kata Archer.

Tim peneliti juga menemukan fosil burung yang mungkin sama-sama bersifat karnivora atau pemakan daging. Burung yang berbentuk seperti bebek namun ukurannya sangat besar ini dijuluki burung setan dari neraka. Tingginya mencapai 3 meter dan berat sekitar 440 kilogram.

Sosok kangguru pemakan daging (kiri) dan singa berkantung (kanan)

yang pernah hidup di Australia jutaan tahun lalu.

Fosil-fosil tersebut digali dari tiga situs penggalian yang terletak bagian paling timur Queensland selama dua minggu terakhir. Kebanyakan fosil berumur lebih tua dari 20 juta tahun bahkan diyakini terdapat fosil di endapan berumur 500 juta tahun. hewan-hewan tersebut mirip dengan hewan sejenis yang hidup di benua lainnya namun berkembang dengan keunikan di Australia. Dari situs penggalian telah ditemukan sekitar 20 jenis makhluk hidup yang belum diketahui sebelumnya. penelitian lanjutan untuk mempelajari fosil-fosil tersebut lebih mendetail. Peneliti juga berusaha menguak kondisi dan pengaruh perubahan iklim terhadap perkembangan makhluk-makhluk hidup yang pernah menghuni Bumi di masa lalu itu.

Kanguru (hewan berkantung), mamalia yang memilki kandungan ganda, melahirkan anak yang perkembangannya masih sangat kurang lengkap dan juga ukurannya sangat kecil serta masih lama menempel pada puting induknya. kanguru, baik yang sekarang masih hidup maupun yang sudah menjadi fosil, tergolong infrakelas Metatheria yang bersama dengan Eutheria (mamalia sejati). Infra kelas mamalia yang masih hidup dan yang masih tersisa adalah Prototheria hanya mencangkup monotremata (hewan kloaka) atau mamalia (hewan menyusui) yang bertelur (platypus).

kanguru merupakan satu-satunya ordo Metatheria dan karena itu disebut juga Didelphia , suatu nama yang ada dengan kandungan ganda. Pada semua kanguru saluran urine (ureter) yang berjalan dari ginjal ke kantung urine, membagi alat-alat kelamin yang sedang berkembang sehingga pada betina dewasa baik kandungan maupun vagina (penyalur pengangkatan spermatozoa yang akan membuahi), merupakan struktur ganda. Pada kanguru jantan , kedua penyalur sperma yang akan menghantarkan spermatozoa dari testis ke alat kopulasi (penis), terletak di luar saluran urine sedangkan pada mamalia sejati (theria) terletak diantara saluran-saluran urine. Ciri-ciri organ untuk berkembang biak merupakan satu-satunya cara pasti untuk membedakan antara kanguru dan mamalia sejati. Sebelum perbedaan ini diketahui beberapa diantara kanguru yang dewasa ini masih hidup digolongkan mamalia sejati. Kantung yang telah memberi nama kepada hewan berkantung, sebenarnya bukan merupakan ciri mutlak, bahkan bukan suatu ciri umum kelompok ini. Kantung ini misalnya sama sekali tidak ada pada kanguru primitif. Beberapa fosil yang kini dianggap mamalia yang dinaggap suatu infra kelas yang diragukan, mungkin juga merupakan kanguru tetapi oleh karena fosil yang tersimpan dan masih utuh organ-organnya untuk berkembang baik mungkin tidak dapat ditemukan hingga harus menggunakan ciri-ciri anatomis lain.

kanguru dibagi atas kelompok, suatu pembagian yang didasarkan terutama atas jumlah dan bentuk gigi. Dibidang ini ada beberapa perbedaan jelas antara kanguru dan mamalia lain. Mamalia masa kini berasal dari nenek moyang yang dimasing-masing belahan rahang atas memiliki lima gigi seri, satu gigi taring dan jumlah geraham palsu maupun sejati yang sama jadi rumus gignya adalah gigi atas 5.1.3.4., gigi bawah 4.1.3.4. dan seluruhnya lima puluh gigi. Sedangkan rumus gigi mamalia sejati pada bentuk primitif paling tinggi gigi atas 3.1.4.3., gigi bawah 3.1.4.3. dengan empat puluh empat gigi. Jadi kanguru dengan nenek moyangnya mempunyai lebih banyak gigi seri daripada mamalia sejati. Jumlah gigi geraham (palsu = premolar dan sejati = molar) semula pada kedua kelompok yang sama tetapi kanguru mempunyai tiga geraham palsu, sedangkan mamalia hanya mempunyai empat buah. kanguru mempunyai empat geraham sejati hanya memiliki tiga buah. Gigi seri berbentuk pahat atau kapak, sedangkan gigi taringnya tajam. Gigi-gigi palsu selalu berlainan, bentuknya juga biasanya lebih kecil dari yang sejati. Umumnya kanguru dapat dibagi atas dua kelompok besar yang didalam klasifikasi lebih lama terkadang disebut sebagai ordo tersendiri. Kelompok-kelompok ini adalah kanguru polyprotodont yang memiliki enam atau lebih gigi seri dalam setiap rahang, kanguru diprotodont yang mempunyai enam gigi seri dalam rahang atas dan dua gigi seri yang membesar, menjorok kedepan dibagian depan dalam rahang bawah.

Metode kedua untuk membagi kanguru adalah atas ciri-ciri kaki belakangnya, pada beberapa kanguru, jari kedua dan ketiga sangat berkembang sedangkan jari ini pada hewan lain justru mengalamai reduksi dan bersambung dengan yang lain dibagian ujung. Yang pertama disebut bentuk Didactyl dan yang kedua Syndactyl .Klasifikasi yang didasarkan pada bentuk gigi seri dan struktrur kaki adalah bertentangn dana tidak memuaskan, kelompok Didel-phidae (oposum amerika utara dan selatan dan beberapa jenis amerika selatan lainnya) serta kanguru buas yang sudah punah (borhyaenidae) adalah polyprotodont dan didactyl. Tikus oposum dari amerika selatan juga didactyl tapi memperlihatkan bentuk dyprotodont dan pada beerapa jenis ada pengurangan jumlah gigi seri. Daesyuridae australia (tikus kantung, serigala kantung, iblis, tazmania, dll) adalah lyprotodont dan didactyl, akan tetapi pra meliadae australia (bandicut) adalah polyprotodon t dan sindactyl . Phalangeridae australia ( kanguru memajat, koala, hobat, kanguru dan walabi) adalah diprotodon dan sindactyl. Ahli paleontologi dan zoologi amerika G.G Simpson menyarankan untuk mengklasifikasikan kelompok-kelompok tadi sebagai super family. Dari situ jelas bahwa perameridae dan caenolestidae atas dasar gigi dan jari-jari mereka, tidak dapat dimasukkan klasifikasi manapun juga.

Hewan fosil berkantung tertua adalah didelpidae yang berbeda dari beberapa jenis yang masih hidup di amerika utara dan selatan. Alphadea, kanguru dari zaman Krestascikum (kapur) amerika utara, mungkin nenek moyang yang menurunkan didelpidae yang masih hidup. Umum diterima bahwa kanguru berasal dari amerika utara, punah disitu dan pada akhir pliosen kembali ke amerika utara dari amerika selatan. kanguru yang pergi ke amerika selatan disertai atau segera diikuti oleh mamalia sejati yang sama-sama menghuni bagian bumi tadi, sesudah daerah itu menjadi pulau karena hubungan dengan amerika utara menjadi terputus. Di amerika selatan kanguru berkembang menjadi insektivora, karnivora kecil dan besar, tetapi tidak ada yang menjadai herbivora. Herbivora ini diantara mamalia sejati sudah ada dalam jumlah besar. Punahnya kanguru karnivora besar di amerika selatan (berhyaenidae) mungkin dipercepat oleh datangnya karnivora sejati yang terjadi ketika dikala pliosen benua tadi disambung kembali ke amerika utara.

kanguru menyebar juga dari amerika utara ke benua erasia, rupa-rupanya melalui sambungan yang kini disebut alat bering. Disitu hewan ini punah dikala miosen, pada waktu yang sama seperti kanguru dini, di amerika utara. kanguru mencapai australia, tempat mereka mengembangkan jumlah terbanyak ragam jenisnya di australia, tempat mereka mengembangkan jumlah terbanyak ragam jenisnya seperti insektivora, karnivora kecil dan besar, dan sejumlah besar herbivora karena tidak ada saingan berupa mamalia sejati. Karena ada radiasi adaptif kanguru di australia itu besar, maka kini hanya ada wakil-wakil yang hidup di tanah atau di pohon, yang berpindah dengan berjalan, melompat atau melayang diudara. Hewan ini memperoleh nama yang menyatakan adanya kemiripan dengan mamalia sejati, seperti bajing berkantung, bandicut, dan tikus berkantung. Bagaimana kanguru mencapai australia tidak diketahui, tapi mungkin menyebrangi selat bering kemudian menyusuri daerah-daerah pantai samudera pasifik, sampai di australia. Agaknya tidak pernah ada hubungan total baik antara australia dan asia barat daya, maupun antara australia dan amerika selatan. Kalau hal itu mungkin pernah ada , maka mamalia sejati sudah pasti masuk ke australia bersama kanguru, karena sudah hampir dapat dipastikan bahwa ketika kanguru hijrah, kedua jenis hewan ini sudah ada. Diperkirakan bahwa kanguru menyebrang laut dari pulau ke pulau, dan dengan cara demikian sampai australia.

kanguru tidak memiliki gigi geligi susu seperti mamalia sejati. Dimasing-masing belahan rahang hanya ada satu geraham susu, yakni premolare desidous . Gigi ini sudah dini oleh gigi diganti oleh gigi geraham palsu permanen (premolar). Geraham susu ini berlainan dengan geraham palsu permanen yakni berbentuk geraham sejati. Penelitian – penelitian kini telah menimbulkan kesangsian mengenai ketepatan namanya dan mungkin lebih tepat kalau dianggap sebagai geraham sejati, hingga jumlah geraham sejati disetiap belahan rahang menjadi lima dan jumlah geraham palsu dua. kanguru selama perkembangan dini mempunyai sejumlah rudimenter (menyusut) yang dapat berubah-ubah terkadang disebut prelakteak yang dini sudah menghilang atau tidak berkembang melampaui tahap bibit awal.

kanguru mempunyai jumlah kromosom yang lebih kecil dari pada jumlah yang dimiliki mamalia sejati atau yang bertelur. Tapi memiliki jumlah de-oxyribonucleice acid (DNA) yang setingkat nilainya. DNA kanguru jumlah kromosomnya kurang dibanding mamalia lain, tetapi ukurannya lebih besar jumlah kromosom kanguru antara 10 dan 32 (rata-rata 18), sedangkan jumlah rata-rata pada mamalia lain ini berbeda dengan dengan burung jantan dan beberapa reptil jantan, karena membuat 2 macam sel mani, karena itu yang jantan disebut heterogematis, sedangkan betina homogamatis, karena hanya memproduksi satu macam sel telur. Perpaduan sel mani kromosom-Y dengan sel telur menghasilkan turun jantan, sedang perpaduan sel mani berkromosom-X dengan sel telur menghasilkan turunan betina.

Seperti pada mamalia sejati, kanguru yang menyimpang yang memiliki kromosom-Y, biasanya mempunyai bentuk betina, sedangkan satu kromosom_Y tunggal dapat mengimbngi pengaruh 2 kromosom –X pada individu yang menyimpang dengan kromosom-X pada individu yang menyimpang dengan kromosom-X extra. Jadi kromosom-Y sangat menentukan kelamin jantan, suatu situasi yang berlaku juga bagi mamalia sejati. Struktur kanguru sangat sederhana dan lebih kecil dari pada otak mamalia sejati yang sama besarnya. Gabungan serat –serat saraf, corpus callosum, yang pada mamalia sejati menghubungkan otak kiri dengan otak kanan, pada kanguru kantung tidak ada, atau hanya ada dalam bentuk rudi-menter. Tengkorak kanguru ditandai dengan tempat bagian otak berukuran kecil, kecilnya jarak antara rongga mata dan perkembangan yang relatif besar yang dialami bagian yang terletak di depan otak, mencakup rongga hidung. Sesuai dengan hal ini, maka kanguru memiliki indria hidung yang baik , sedangkan kemampuan penglihatannya kurang kuat, tetapi disesuaikan dengan kehidupan malam. Tulang-tulang hidung yang merupakan sisi atas rongga hidung kearah rongga mata menjadi semakin lebar, sedangkan pada mamalia sejati justru menjadi lebih sempit. Baik pada mamalia sejati maupun pada kanguru ada lubang-lubang yang sama untuk dilalui syaraf dan pembuluh darah, tetapi, tetapi pada kanguru foramen opticum yang dilalui syaraf mata menjadi satu dengan lubang terdepan untuk syaraf mata dan bagian terdepan syaraf trigeminus. Disisi samping tempurung tengkorak mamalia sejati ada lubang tersendiri bagi syaraf mata dan syaraf –syaraf otot mata. Tulang rahang bawah atau mandibula kanguru memiliki suatu kelanjutan khas yang seperti siku (processus angualaris). Gelang pinggul, kecuali pada srigala berkantung, mempunyai sepasang tulang kantung yang mengarah kedepan. Tulang ada pada kedua jenis kelamin, baik pada kanguru yang ada kantungnya maupun tidak. Tulang itu ada juga pada hewan kloaka atau hewan berparuh (monotremata) dan ada juga pada beberapa anggota mulituberculata (suplas allotherhia) yang sudah punah serta pada reptilia yang mirip mamalia. Reptilia mirip mamalia ini, dalam banyak hal ada ditengah-tengah antara reptila dan mamalia.

Masa hamil pada semua kanguru singkat. Pada bandicut hidung panjang dan bandicut hidung pendek masa hamil 12 hari, pada oposum amerika utara 13 hari, pada oposum australia 17 hari dan tidak lebih lama dari 38 hari, pada kanguru terbesar. Anak oposum australia beratnya pada waktu lahir hanya 0,2 gr atau kira-kira 0,013% dari berat badan induknya dan kanguru raksasa merah yang baru lahir beratnya 1,5 gr atau kira-kira 0,003% dari berat badan induknya. Lama masa hamil matrsupialia tidak memproduksi hormon reproduktif seperti mamalia sejati. Ini mungkin yang menerangkan singkatnya masa kehamilan, sebab anak dilahirkan pada masa akhir penyaluran hormon kerahim atau tidak lama sesudahnya. Masa penyaluran hormon diperpanjang selama kehamilan oleh kegiatan hormon yang dihasilkan dalamplasenta. Pada kanguru biasanya ada satu telur yang dibuahi dalam salah satu kandungan, sedangakan sang induk menyusui anak yang lahir terlebih terdahulu. Telur yang sudah dibuahi istirahat sampai anak di sapih.

Apabila anak ini kecelakaan maka perkembangan telur dibuahi berjalan terus. Hal ini menerangkan mengapa kanguru dalam kurungan dapat memperoleh anak lagi tanpa dalam masa yang sama hadir seekor jantan. kanguru yang muda disusui dalam kantung. Pada bentuk-bentuk tanpa kantung anak dalam masa ini menempel erat-erat pada puting, lama masa ini pada berbagai jenis berbeda-beda dan selama periode ini anak berkembang sampai suatu stadium yang dalam garis besar yang sama dengan yang dijumpai pada kelahiran mamalia sejati. Periode anak tinggal di kantung dapat bervariasi dari kira-kira delapan minggu pada bandicut hidung pendek sampai akhir setahun pada kanguru raksasa abu-abu. Sesudah masa ini anak yang tidak hidup lagi dikantung masih juga disusui beberapa lama. Bahkan juga kalau sudah ada anak baru dalam kantung. Sang induk lalu mengeluarkan dua jenis susu.

DAFTAR PUSTAKA

http://www2.kompas.com/ver1/Iptek/0607/14/100537.htm. Di muat Jumat, 14 Juli 2006 - 10:05 wib. Akses 14 Desember 2008

http://www2.kompas.com/ver1/Iptek/0608/16/102121.htm. Di muat Rabu, 16 Agustus 2006 - 10:21 wib. Akses 14 Desember 2008

http://nursetyanto.wordpress.com/2007/03/01/kanguru/. Akses 14 Desember 2008

http://id.wikipedia.org/wiki/Kanguru. Akses 14 Desember 2008

http://www.sttnas.ac.id/gapadri/Artikel/22%20Oktober%202005/Marsupialia.html. Akses 14 Desember 2008