Oleh : Alfan Fitra (063244213)
Taman Nasional Alas Purwo merupakan salah perwakilan tipe ekosistem hutan hujan dataran rendah di Pulau Jawa.
Tumbuhan khas dan endemik pada taman nasional ini yaitu sawo kecik (Manilkara kauki) dan bambu manggong (Gigantochloa manggong). Tumbuhan lainnya adalah ketapang (Terminalia cattapa), nyamplung (Calophyllum inophyllum), kepuh (Sterculia foetida), keben (Barringtonia asiatica), dan 13 jenis bambu.
Taman Nasional Alas Purwo merupakan habitat dari beberapa satwa liar seperti lutung budeng (Trachypithecus auratus auratus), banteng (Bos javanicus javanicus), ajag (Cuon alpinus javanicus), burung merak (Pavo muticus), ayam hutan (Gallus gallus), rusa (Cervus timorensis russa), macan tutul (Panthera pardus melas), dan kucing bakau (Prionailurus bengalensis javanensis). Satwa langka dan dilindungi seperti penyu lekang (Lepidochelys olivacea), penyu belimbing (Dermochelys coriacea), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), dan penyu hijau (Chelonia mydas) biasanya sering mendarat di pantai Selatan taman nasional ini pada bulan Januari s/d September.
Perbedaan suhu udara diantara kutub dan ekuator menimbukan angin yang kuat seperti ke arah yang angin pasat yaitu angina yang bertiup ke arah yang sama sepanjang tahun, yang bersama-sama dengan rotasi bumi menimbulkan lautan yang ditimbulkan oleh angin masih ditambah oleh adanya perbedaan suhu dan salinitas yang menimbukan perbedaan kerapatan.
Keberadaan cahaya membagi laut menjadi beberapa zona dengan berbagai macam keneragaman organisme laut yang berbeda-beda pada setiap zona. Kenaeragaman organisme dalam ekosistem air laut disebabkan perbedaan kandungan bahan organik, mineral, oksigen, dan cahaya yang ada pada air laut tersebut. Organisme akan banyak ditemukan di daerah atau zona yang memiliki kandungan miniral, bahan organic, oksigen, dan cahaya yang cukup untuk organisme tersebut hidup. Dari hal di atas dapat dikatakan jika makin banyak organisme pada daerah tersebut, maka baik kualitas air tersebut karena kandungan mineral, bahan organic, oksigen, dan cahaya pada daerah tersebut cukup. Selain itu, keaneragaman organisme juga dipengaruhi oleh faktor fisik, kimia, dan biologi, sperti suhu dan salinitas.
Terdapat 2 faktor pembatas di dalam lautan yaitu suhu, salinitas, dan konsentrasi zat hara/bahan organik terlaurt rendah yang menentukan besarnya populasi organisme laut. Organisme pengurai aerobik umumnya terdiri dari mikroorganisme seperti bakteri yang selalu bekerja di dalam air, menguraikan senyawa-senyawa organik menjadi karbondioksida dan air. Bakteri lain mengubah amoniak dan nitrit menjadi nitrat. Untuk semua proses ini dibutuhkan oksigen. Jika jumlah bahan organik dalam air hanya sedikit maka bakteri aerob akan dapat dengan mudah menguraikannya tanpa mengganggu keseimbangan oksigen dalam air. Tetap jika jumlah bahan organik tersebut banyak maka bakteri pengurainya akan melipatgandakan diri. Hal ini pada umumnya akan mengakibatkan terjadinya kekurangan oksigen seperti di rawa-rawa dasar kolam dan danau yang airnya tidak mengalir. Aktivitas bakteri aerobik tersebut dapat menunjukkan kadar oksigen terlarut dalam air sampai ke titik 0. jika hal ini terjadi maka tugasny aakan diambil alih oleh organisme pengurai anaerobik yang umumnya berupa bakteri juga dan terjadilah pembusukan. Bakteri anaerobik ini menghasilkan gas metana dan hidrogen sulfida yang berbau busuk.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas air yaitu :
1. Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kehidupan dan pertumbuhan organisme perairan. Suhu air mempunyai peranan penting dalam kecepatan laju metabolisme dan respirasi biota air serta proses metabolisme ekosistem perairan sehingga suhu air bukan saja merupakan pearameter fisik yang mempengaruhi sifat kimia perairan tetapi juga sifat fisiologi organisme pada medium air tersebut.
Suhu air berbeda-beda sesuai dengan iklim dan musim. Hal ini mempengaruhi proses pertukaran zat atau metabolisme dari makhluk hidup juga mempengaruhi kadar oksigen terlarut dalam air. Makin tinggi suhu perairan maka makin cepat pula perairan teresbut mengalami kejenuhan akan oksigen.
2. pH (derajat keasaman)
Nilai pH air normal yaitu antara 6 sampai dengan 8. air yang masih segar dari pegunungan biasanya mempunyai pH yang lebih tinggi. Makin lama pH air akan turun menuju kondisi asam. Hal in idikarenakan bertambahnya bahan-bahan organik yang membebaskan CO2 jika mengalami penguraian.
pH perairan dipengaruhi oleh konsentrasi karbondioksida dan senyawa bersifat asam. Fitoplankton dan tanaman air lainnya akan mengambil CO2 dari air selama proses fotosintesis sehingga mengakibatkan ph air meningkat pada siang hari dan menurun pada malam hari.
Tinggi rendahnya oksigen dan karondioksida mempengaruhi besarnya air tersebut dan sebaliknya makin tinggi kandungan CO2 maka makin rendah nilai pHnya. Hal tersebut disebabkan adanya perubahan kimia sebagai berikut:
H2S + CO2 → HCO3
HCO3 → H+ + CO-3
3. Salinitas
Salinitas adalah banyaknya zat terlarut. Zat padat terlarut meliputi garam-garam anorganik, senyawa-senyawa organik yang berasal dari organisme hidup, dan gas-gas terlarut (Nybakken, 1992).
Ciri paling khas pada air laut yang diketahui oleh semua orang ialah rasanya yang asin. Ini disebabkan karena di dalam air laut terlarut garam-garam yang paling utama adalah natrum klorida (NaCl) yang sering disebut garam dapur. Selain NaCl, di dalam air laut terdapat pula MgCl2, kalium, kalsium dan sebagainya. Salinitas adalah jumlah berat semua garam (dalam garam) yang terlarut dalam satu liter air, biasanya dinyatakan dengan satuan 0/00 (permil, gram per liter) (Nontji, 1986).
Perairan estuari atau daerah sekitar kuala dapat mempengaruhi struktur salinitas yang kompleks, karena selain merupakan pertemuan antara air tawar yang relatif ringan dan air laut yang lebih juga pengadukan air sangat menentukan (Nontji, 1986).
4. Oksigen Terlarut (DO)
Oksigen merupakan gas yang tidak berbau, tidak berasa dan hanya sedikit larut dalam air. Semua organisme air membutuhkan oksigen dalam hidupnya. Sehingga, tempat yang mengandung oksigen sellau terdapat organisme di dalamnya dan makin banyak oksigen terlarut di daerah tersebut, maka makin banyak organisme yang ada di dalmnya. Jadi kadar oksigen terlarut dapat dijadikan ukuran untuk menentukan kualitas air.
Oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan tanaman dan hewan di dalam air. Kehidupan makhluk hidup di dalam air tersebut tergantung dari kemmapuan air untuk mempertahankan konsentrasi oksigen minimal yang dibutuhkan untuk kehidupannya (Fardiaz, 1992). Oksigen terlarut dapat berasal dari proses fotosintesis tanaman air, dimana jumlahnya tidak tetap tergantung dari jumlah tanamannya, dan dari atmosfer (udara) yang masuk ke dalam air dengan kecepatan terbatas (Fardiaz, 1992). Oksigen terlarut dalam laut dimanfaatkan oleh organisme perairan untuk respirasi dan penguraian zat-zat organik oleh mikroorganisme. Konsentrasi oksigen terlarut dlaam keadaan jenuh bervariasi tergantung dari suhu dan tekanan atmosfer (Fardiaz, 1992).
Oksigen merupakan faktor pembatas dalam penentuan kehadiran makhluk hidup di dalam air. Kepekatan oksigen terlarut bergantung kepada :
a. Suhu.
b. Kehadiran tanaman fotosintesis.
c. Tingkat penetrasi cahaya bergantung kepada kedalaman dan kekeruhan air.
d. Tingkat kederasan aliran air.
e. Jumlah bahan organik yang diuraikan dalam air seperti sampah, ganggang mati atau limbah industri (Sastrawijaya, 2).
Oksigen terlarut (Dissolved oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen adalah suatu perairan berasal dari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut (SALMIN, 2000). Kecepatan difusi oksigen dari udara, tergantung sari beberapa faktor, seeprti kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan
Oksigen memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik. Selain itu, oksigen juga menentukan khan biologis yang dilakukan oleh organisme aerobik atau anaerobik. Dalam kondisi aerobik, peranan oksigen adalah untuk mengoksidasi bahan organik dan anorganik dengan hasil akhirnya adalah nutiren yang pada akhirnya dapat memberikan kesuburan perairan. Dalam kimia menjadi lebih sederhana dalam bentuk nutrien dan gas. Disamping itu, oksigen juga sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk pernapasan. Organisme tertentu, seeprti mikroorganisme, sangat berperan dalam menguraikan senyawan kimia beracun menjadi senyawa lain yang lebih sederhana dan tidak beracun.
Tabel : Penentuan kualitas air melalui hubungan DO
dan indeks keanekaragaman plankton.
DO | Indeks Keanekaragaman | Kualitas air |
<> | <1 | Tercemar parah |
2 – 4,4 | 1,0 – 1,5 | Tercemar sedang |
4,5 – 6,5 | 1,6 – 2,0 | Tercemar Ringan |
> 6,5 | > 2 | Tidak tercemar |
5. CO2 (Karbondioksida)
Semua tanaman, termasuk tanaman air di dalamnya, memerlukan CO2 untuk berfotosintesis dalam rangka membentuk karbohidrat sebagai bagian dari tubuhnya.
Pada sungai atau danau, ternyata kandungan CO2 di dalamnya lebih dari hanya sekedar untuk memenuhi reaksi keseimbangan antara air dengan udara. Dengan kata lain, kadar CO2 yang dikandungnya lebih banyak dari jumlah yang diperlukan untuk reaksi keseimbangan. Kelebihan CO2 in iternyata berasal dari proses dekomposisi bahan organik, terutama yang terjadi pada lantai danau atau sungai. Proses dekomposisi tersebut terjadi dengan bantuan bakteri heterotrofik yang menghasilkan CO2 dan methan.
Jumlah CO2 yang dilepaskan oleh proses dekomposisi bahan organik sangat ditentukan oleh jenis bahan organiknya. Beberapa penelitian membuktikan bahwa jenis bahan organik yang berbeda menghasilkan jumlah CO2 yang berbeda pula dalam proses dekomposinya pada endapan sungai atau danau. Bahan organik yang berasal dari tanaman air diketahui akan menghasilkan jumlah CO2 yang berbeda pula dalam proses dekomposinya pada endapan sungai atau danau. Bahan organik yang berasal dari tanman air diketahui akan menghasilkan jumlah CO2 lebih banyak dibandingkan dengan bahan organik yang berasal dari tanaman darat. Hasil analisis kimiawi terhadap kedua kelompok tanaman tersebut juga menyatakan bahwa tanaman air segar mempunyai kadar nutrien yang lebih banyak dibandingkan dengan daun tanaman darat. Bakteri pada umumnya akan lebih aktif pada bahan-bahan organik yang kaya nutiren sehingga CO2 yang dihasilkan akan lebih banyak. Kandungan CO2 dapat juga lebih banyak terutama pada perairan yang mengandung Karbon Organik Terlarut (DOC) tinggi. Karbon Organik Terlarut pada umumnya berada dalam proses pembusukakn sehingga dapat menjadi sumber CO2 yang potensial.
Air yang berada dalam proses keseimbangan dengan udara pada umumnya hanya mengandung 0,5 ppm CO2. sedangkan tanaman air banyak yang memerlukan CO2 lebih banyak dari jumlah tersebut. Oleh karena itu, tanaman air bisa diduga tidak akan bertahan hidup di alam bila tidak mendapatkan tambahan CO2 yang berasal dari proses dekomposisi bahan organik, kecuali tanaman air yang mampu mendapatkan karbon dari bahan selain CO2.
Fotosintesis fitoplankton sebagai tumbuhan air, agitasi air dan penguap banyaknya CO2 mempengaruhi kerapatan metabolisme dan pertumbuhan, orientasi maupun pergerakan beberapa hewan air,zooplankton dan invertebrata yang lain. Perairan yang diperuntukkan bagi kepentingan perikanan sebaiknya mengandung CO2 bebas <>2 bebas sebesar 10 mg/l, masih dapat ditorerir oleh organisme akuatik asal disertai dengan kadar O2 yang cukup. Sebagian besar organisme akuatik masih dapat bertahan hidup hingga karbondioksida bebas mencapai 60 mg/l.
6. BOD
Pengujian yang berhubungan dengan kandungan oksigen dalam air dibedakan menjadi 2, yakni :
1) Uji BOD (Biochemical Oxygen Demand test = uji kebutuhan oksigen biokimia).
2) Uji COD (Chemical Oxygen Demand test – uji kebutuhan oksigen kimia).
BOD/KOB merupakan suatu analisis empiris yang mendekati secara global proses-proses mikrobiologis yang benar-benar terjadi di dalam air. Angka BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan (mengoksidasikan) hampir semua zat organik yang terlarut dan sebagian zat-zat organis yang tersuspensi dalam air. BOD menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk menguraikan atau mengoksidasi bahan-bahan buangan dari dalam air. Jika nilai BOD menunjukkan jumlah bahan organik yang sebenarnya tetapi hanya mengukur secara relative jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan buangan tersebut. Jika konsumsi oksigen tinggi yang ditunjukkan dengan semakin kecilnya sisa oksigen terlarut di dalamnya, maka berarti kandungan bahan buangan yang membutuhkan oksigen adalah tinggi. Organisme hidup yang bersifat aerobic membutuhkan oksigen untuk proses reaksi biokimia yang akan dihabiskan dalam waktu 5 hari oleh pengurai aerobic dalam suatu volume limbah pada suhu 20ºC. Hasilnya dinyatakan denagn ppm. Jadi BOD sebesar 200 ppm berarti bahwa 200 mg oksigen akan dihabiskan oleh sample limbah sebanyak 1 liter dalam waktu 5 hari pada suhu 20ºC.
Pemeriksaan BOD didasarkan atas reaksi oksidasi zat organis dengan oksigen di dalam air dan proses tersebut berlangsung karena adanya bakteri aerobic. Sebagai hasil oksidasi akan terbentuk karbondioksida, air dan amoniak. Reaksi oksidasi dapat dituliskan sebagai berikut :
CnHaObNc + (n + a/4 – b/2 – 3c/4) O2 à nCo2 + (a/2 – 3c/2) H2O + cNH3
Atas dasar tersebut yang memerlukan kira-kira 2 hari supaya 100% dimana 50% reaksi telah tercapai, 5 hari supaya 75% dan 20 hari supaya 100% tercapai, maka pemeriksaan BOD dapat dipergunakan untuk menaksir beban pencemaran zat organis. Reaksi biologis pada tes BOD dilakukan pada temperatur 20ºC dan dilakukan selama 5 hari (BOD205). Demikian jumlah zat organis yang ada di dalam air diukur melalui jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk mengoksidasi zat organis.
Karena reaksi BOD dilakukan di dalam botol tertutup maka jumlah oksigen yang telah dicapai adalah perbedaan antara kadar oksigen di dalam larutan saat t=0 (biasanya baru ditambah oksigen dengan aerasi hingga = 9 mg O2/l, yaitu konsentrasi kejenuhan) dan kadarnya pada t=5 hari (konsentrasi sisa harus ≥2 mg O2/l agar hasil cukup teliti).
Tabel standar BOD untuk Penentuan Kualitas Air
Kondisi Umum Air | BOD |
Sangat bersih Bersih Diragukan kebersihannya Tidak bersih | 1 ppm 2 ppm 3 ppm 4 ppm 5 ppm |
7. Gelombang
Secara ekologis gelombang paling penting di Mintakat pasang surut. Di bagian yang agak dalam pengaruhnya mengurang sampai ke dasar, dan di perairan Oseanik ia mempengaruhi pertukaran udara dan agak dalam.
Gelombang ditimbulkan oleh angin, pasang-surut dan kadang-kadang oleh gempa bumi dan gunung meletus (dinamakan tsunami). Gelombang mempunyai sifat penghancur. Biota yang hidup di Mintakat pasang surut harus mempunyai daya tahan terhadap pukulan gelombang. Gelombang dengan mudah menjebol alga-alga dari substratnya. Ia diduga juga mengubah bentuk karang-karang pembentuk terumbu. Gelombang mencampur gas atmosfir ke dalam permukaan air sehingga memulai proses pertukaran gas.
8. Arus
Arus mempunyai pengaruh positip maupun negatip terhadap kehidupan biota perairan. Arus dapat mengakibatkan ausnya jaringan-jaringan jadas hidup yang tumbuh di daerah itu dan partikel-partikel dalam suspensi dapat menghasilkan pengikisan. Di perairan dengan dasar lumpur, arus dapat mengaduk endapan lumpur-lumpuran sehingga mengakibatkan bisa mengurangi penetrasi sinar matahari, dan karenanya mengurangi aktivitas fotosintesa. Manfaat dari arus bagi banyak biota adalah menyangkut penambahan makanan bagi biota-biota tersebut dan pembuangan kotoran-kotorannya. Untuk algae kekurangan zat-zat kimia dan CO2 dapat dipenuhi. Sedangkan bagi binatang CO2 dan produk-produk sisa dapat disingkirkan dan O2 tetap tersedia. Arus juga memainkan peranan penting bagi penyebaran plankton, baik holoplankton maupun meroplankton. Terutama bagi golongan terakhir yang terdiri dari telur-telur dan burayak-burayak avertebrata dasar dan ikan-ikan. Mereka mempunyai kesempatan menghindari persaingan makanan dengan induk-induknya terutama yang hidup menempel seperti teritip (Belanus sp) dan kerang hijau (Mytilus viridis). Pada kira-kira 1½ dekade yang lalu faktor-faktor lingkungan yang diuraikan di atas cukup untuk diperhatikan dalam menilai kualitas air untuk budidaya laut. Akan tetapi dengan cepatnya pertambhaan penduduk dan digalakkannya industrialisasi di negara kita, maka dalam sepuluh tahun terakhir ini telah timbul pencemaran air dan pencemaran laut, karena masuknya limbah industri dan limbah rumah tangga yang tak terkendalikan ke dalam lingkungan akuatik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar