Selasa, 23 Juni 2009

Kualitas Air Taman Nasional Alas Purwo

Oleh : Alfan Fitra (063244213)

Biologi UneSa Surabaya

Taman Nasional Alas Purwo merupakan salah perwakilan tipe ekosistem hutan hujan dataran rendah di Pulau Jawa.

Tumbuhan khas dan endemik pada taman nasional ini yaitu sawo kecik (Manilkara kauki) dan bambu manggong (Gigantochloa manggong). Tumbuhan lainnya adalah ketapang (Terminalia cattapa), nyamplung (Calophyllum inophyllum), kepuh (Sterculia foetida), keben (Barringtonia asiatica), dan 13 jenis bambu.

Taman Nasional Alas Purwo merupakan habitat dari beberapa satwa liar seperti lutung budeng (Trachypithecus auratus auratus), banteng (Bos javanicus javanicus), ajag (Cuon alpinus javanicus), burung merak (Pavo muticus), ayam hutan (Gallus gallus), rusa (Cervus timorensis russa), macan tutul (Panthera pardus melas), dan kucing bakau (Prionailurus bengalensis javanensis). Satwa langka dan dilindungi seperti penyu lekang (Lepidochelys olivacea), penyu belimbing (Dermochelys coriacea), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), dan penyu hijau (Chelonia mydas) biasanya sering mendarat di pantai Selatan taman nasional ini pada bulan Januari s/d September.






Laut yang menutupi 70% permukaan bumi merupakan habitat yang saling berhubungan, tidak terpisah-pisah seperti daratan dan air tawar sehingga temperature, salinitas dan kedalaman menjadi suatu hambatan utama untuk pergerakan bebas bagi organisme-organisme laut. Laut merupakan suatu kesatuan oleh factor-faktor fisika kimia air laut disekelilingnya. Air laut adalah air murni yang didalamnya terlarut berbagai zat padat yang meliputi garam-garam anorganik, senyawa-senyawa organic yang berasal dari organisme hidup dan gas (Nybaken, 1992). Diantara zat-zat terlarut, terdapat berbagai garam organic yang sangat penting bagi binatang-binatang laut.

Perbedaan suhu udara diantara kutub dan ekuator menimbukan angin yang kuat seperti ke arah yang angin pasat yaitu angina yang bertiup ke arah yang sama sepanjang tahun, yang bersama-sama dengan rotasi bumi menimbulkan lautan yang ditimbulkan oleh angin masih ditambah oleh adanya perbedaan suhu dan salinitas yang menimbukan perbedaan kerapatan.

Keberadaan cahaya membagi laut menjadi beberapa zona dengan berbagai macam keneragaman organisme laut yang berbeda-beda pada setiap zona. Kenaeragaman organisme dalam ekosistem air laut disebabkan perbedaan kandungan bahan organik, mineral, oksigen, dan cahaya yang ada pada air laut tersebut. Organisme akan banyak ditemukan di daerah atau zona yang memiliki kandungan miniral, bahan organic, oksigen, dan cahaya yang cukup untuk organisme tersebut hidup. Dari hal di atas dapat dikatakan jika makin banyak organisme pada daerah tersebut, maka baik kualitas air tersebut karena kandungan mineral, bahan organic, oksigen, dan cahaya pada daerah tersebut cukup. Selain itu, keaneragaman organisme juga dipengaruhi oleh faktor fisik, kimia, dan biologi, sperti suhu dan salinitas.

Terdapat 2 faktor pembatas di dalam lautan yaitu suhu, salinitas, dan konsentrasi zat hara/bahan organik terlaurt rendah yang menentukan besarnya populasi organisme laut. Organisme pengurai aerobik umumnya terdiri dari mikroorganisme seperti bakteri yang selalu bekerja di dalam air, menguraikan senyawa-senyawa organik menjadi karbondioksida dan air. Bakteri lain mengubah amoniak dan nitrit menjadi nitrat. Untuk semua proses ini dibutuhkan oksigen. Jika jumlah bahan organik dalam air hanya sedikit maka bakteri aerob akan dapat dengan mudah menguraikannya tanpa mengganggu keseimbangan oksigen dalam air. Tetap jika jumlah bahan organik tersebut banyak maka bakteri pengurainya akan melipatgandakan diri. Hal ini pada umumnya akan mengakibatkan terjadinya kekurangan oksigen seperti di rawa-rawa dasar kolam dan danau yang airnya tidak mengalir. Aktivitas bakteri aerobik tersebut dapat menunjukkan kadar oksigen terlarut dalam air sampai ke titik 0. jika hal ini terjadi maka tugasny aakan diambil alih oleh organisme pengurai anaerobik yang umumnya berupa bakteri juga dan terjadilah pembusukan. Bakteri anaerobik ini menghasilkan gas metana dan hidrogen sulfida yang berbau busuk.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas air yaitu :

1. Suhu

Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kehidupan dan pertumbuhan organisme perairan. Suhu air mempunyai peranan penting dalam kecepatan laju metabolisme dan respirasi biota air serta proses metabolisme ekosistem perairan sehingga suhu air bukan saja merupakan pearameter fisik yang mempengaruhi sifat kimia perairan tetapi juga sifat fisiologi organisme pada medium air tersebut.

Suhu air berbeda-beda sesuai dengan iklim dan musim. Hal ini mempengaruhi proses pertukaran zat atau metabolisme dari makhluk hidup juga mempengaruhi kadar oksigen terlarut dalam air. Makin tinggi suhu perairan maka makin cepat pula perairan teresbut mengalami kejenuhan akan oksigen.

2. pH (derajat keasaman)

Nilai pH air normal yaitu antara 6 sampai dengan 8. air yang masih segar dari pegunungan biasanya mempunyai pH yang lebih tinggi. Makin lama pH air akan turun menuju kondisi asam. Hal in idikarenakan bertambahnya bahan-bahan organik yang membebaskan CO2 jika mengalami penguraian.

pH perairan dipengaruhi oleh konsentrasi karbondioksida dan senyawa bersifat asam. Fitoplankton dan tanaman air lainnya akan mengambil CO2 dari air selama proses fotosintesis sehingga mengakibatkan ph air meningkat pada siang hari dan menurun pada malam hari.

Tinggi rendahnya oksigen dan karondioksida mempengaruhi besarnya air tersebut dan sebaliknya makin tinggi kandungan CO­2 maka makin rendah nilai pHnya. Hal tersebut disebabkan adanya perubahan kimia sebagai berikut:

H2S + CO2 → HCO3

HCO3 → H+ + CO-3

3. Salinitas

Salinitas adalah banyaknya zat terlarut. Zat padat terlarut meliputi garam-garam anorganik, senyawa-senyawa organik yang berasal dari organisme hidup, dan gas-gas terlarut (Nybakken, 1992).

Ciri paling khas pada air laut yang diketahui oleh semua orang ialah rasanya yang asin. Ini disebabkan karena di dalam air laut terlarut garam-garam yang paling utama adalah natrum klorida (NaCl) yang sering disebut garam dapur. Selain NaCl, di dalam air laut terdapat pula MgCl2, kalium, kalsium dan sebagainya. Salinitas adalah jumlah berat semua garam (dalam garam) yang terlarut dalam satu liter air, biasanya dinyatakan dengan satuan 0/00 (permil, gram per liter) (Nontji, 1986).

Perairan estuari atau daerah sekitar kuala dapat mempengaruhi struktur salinitas yang kompleks, karena selain merupakan pertemuan antara air tawar yang relatif ringan dan air laut yang lebih juga pengadukan air sangat menentukan (Nontji, 1986).

4. Oksigen Terlarut (DO)

Oksigen merupakan gas yang tidak berbau, tidak berasa dan hanya sedikit larut dalam air. Semua organisme air membutuhkan oksigen dalam hidupnya. Sehingga, tempat yang mengandung oksigen sellau terdapat organisme di dalamnya dan makin banyak oksigen terlarut di daerah tersebut, maka makin banyak organisme yang ada di dalmnya. Jadi kadar oksigen terlarut dapat dijadikan ukuran untuk menentukan kualitas air.

Oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan tanaman dan hewan di dalam air. Kehidupan makhluk hidup di dalam air tersebut tergantung dari kemmapuan air untuk mempertahankan konsentrasi oksigen minimal yang dibutuhkan untuk kehidupannya (Fardiaz, 1992). Oksigen terlarut dapat berasal dari proses fotosintesis tanaman air, dimana jumlahnya tidak tetap tergantung dari jumlah tanamannya, dan dari atmosfer (udara) yang masuk ke dalam air dengan kecepatan terbatas (Fardiaz, 1992). Oksigen terlarut dalam laut dimanfaatkan oleh organisme perairan untuk respirasi dan penguraian zat-zat organik oleh mikroorganisme. Konsentrasi oksigen terlarut dlaam keadaan jenuh bervariasi tergantung dari suhu dan tekanan atmosfer (Fardiaz, 1992).

Oksigen merupakan faktor pembatas dalam penentuan kehadiran makhluk hidup di dalam air. Kepekatan oksigen terlarut bergantung kepada :

a. Suhu.

b. Kehadiran tanaman fotosintesis.

c. Tingkat penetrasi cahaya bergantung kepada kedalaman dan kekeruhan air.

d. Tingkat kederasan aliran air.

e. Jumlah bahan organik yang diuraikan dalam air seperti sampah, ganggang mati atau limbah industri (Sastrawijaya, 2).

Oksigen terlarut (Dissolved oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen adalah suatu perairan berasal dari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut (SALMIN, 2000). Kecepatan difusi oksigen dari udara, tergantung sari beberapa faktor, seeprti kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa air dan udara seperti arus, gelombang dan pasang surut. ODUM (1971) menyatakan bahwa kadar oksigen dalam air laut akan bertambah dengan semakin rendahnya suhu dan berkurang dengan semakin tingginya salinitas. Pada lapisan permukaan, kadar oksigen akan lebih tinggi, karena adanya proses difusi antara air dengan udara bebas serta adanya proses fotosintesis. Dengan bertambahnya kedalaman akan terjadi penurunan kadar oksigen terlarut, karena proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen yang ada banyak digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik. Keperluan organisme terhadap oksigen relatif bervariasi tergantung pada jenis, stadium dan aktifitasnya. Kebutuhan oksigen untuk ikan dalam keadaan diam relatif lebih sedikit apabila dibandingkan dengan ikan pada saat bergerak atau memijah. Jenis-jenis ikan tertentu yang dapat menggunakan oksigen dari udara bebas, memiliki daya tahan yang lebih terhadap perairan yang kekurangan oksigen terlarut (Wardoyo, 1978). Kandungan oksigen terlarut (DO) minimum adalah 2 ppm dalam keadaan normal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun (toksik). Kandungan oksigen terlarut minimum ini sudah cukup mendukung kehidupan organisme (Swingle, 1968). Idealnya, kandungan oksigen terlarut tidak boleh kurang dari 1,7 ppm selama waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70% (Huet, 1970). KLH menetapkan bahwa kandungan oksigen terlarut adalah 5 ppm untuk kepentingan wisata bahari dan biota laut (Anonimous, 2004).

Oksigen memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik. Selain itu, oksigen juga menentukan khan biologis yang dilakukan oleh organisme aerobik atau anaerobik. Dalam kondisi aerobik, peranan oksigen adalah untuk mengoksidasi bahan organik dan anorganik dengan hasil akhirnya adalah nutiren yang pada akhirnya dapat memberikan kesuburan perairan. Dalam kimia menjadi lebih sederhana dalam bentuk nutrien dan gas. Disamping itu, oksigen juga sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk pernapasan. Organisme tertentu, seeprti mikroorganisme, sangat berperan dalam menguraikan senyawan kimia beracun menjadi senyawa lain yang lebih sederhana dan tidak beracun.

Tabel : Penentuan kualitas air melalui hubungan DO

dan indeks keanekaragaman plankton.

DO

Indeks Keanekaragaman

Kualitas air

<>

<1

Tercemar parah

2 – 4,4

1,0 – 1,5

Tercemar sedang

4,5 – 6,5

1,6 – 2,0

Tercemar Ringan

> 6,5

> 2

Tidak tercemar

5. CO2 (Karbondioksida)

Semua tanaman, termasuk tanaman air di dalamnya, memerlukan CO2 untuk berfotosintesis dalam rangka membentuk karbohidrat sebagai bagian dari tubuhnya.

Pada sungai atau danau, ternyata kandungan CO2 di dalamnya lebih dari hanya sekedar untuk memenuhi reaksi keseimbangan antara air dengan udara. Dengan kata lain, kadar CO2 yang dikandungnya lebih banyak dari jumlah yang diperlukan untuk reaksi keseimbangan. Kelebihan CO2 in iternyata berasal dari proses dekomposisi bahan organik, terutama yang terjadi pada lantai danau atau sungai. Proses dekomposisi tersebut terjadi dengan bantuan bakteri heterotrofik yang menghasilkan CO2 dan methan.

Jumlah CO2 yang dilepaskan oleh proses dekomposisi bahan organik sangat ditentukan oleh jenis bahan organiknya. Beberapa penelitian membuktikan bahwa jenis bahan organik yang berbeda menghasilkan jumlah CO2 yang berbeda pula dalam proses dekomposinya pada endapan sungai atau danau. Bahan organik yang berasal dari tanaman air diketahui akan menghasilkan jumlah CO2 yang berbeda pula dalam proses dekomposinya pada endapan sungai atau danau. Bahan organik yang berasal dari tanman air diketahui akan menghasilkan jumlah CO2 lebih banyak dibandingkan dengan bahan organik yang berasal dari tanaman darat. Hasil analisis kimiawi terhadap kedua kelompok tanaman tersebut juga menyatakan bahwa tanaman air segar mempunyai kadar nutrien yang lebih banyak dibandingkan dengan daun tanaman darat. Bakteri pada umumnya akan lebih aktif pada bahan-bahan organik yang kaya nutiren sehingga CO2 yang dihasilkan akan lebih banyak. Kandungan CO2 dapat juga lebih banyak terutama pada perairan yang mengandung Karbon Organik Terlarut (DOC) tinggi. Karbon Organik Terlarut pada umumnya berada dalam proses pembusukakn sehingga dapat menjadi sumber CO2 yang potensial.

Air yang berada dalam proses keseimbangan dengan udara pada umumnya hanya mengandung 0,5 ppm CO2. sedangkan tanaman air banyak yang memerlukan CO2 lebih banyak dari jumlah tersebut. Oleh karena itu, tanaman air bisa diduga tidak akan bertahan hidup di alam bila tidak mendapatkan tambahan CO2 yang berasal dari proses dekomposisi bahan organik, kecuali tanaman air yang mampu mendapatkan karbon dari bahan selain CO2.

Fotosintesis fitoplankton sebagai tumbuhan air, agitasi air dan penguap banyaknya CO2 mempengaruhi kerapatan metabolisme dan pertumbuhan, orientasi maupun pergerakan beberapa hewan air,zooplankton dan invertebrata yang lain. Perairan yang diperuntukkan bagi kepentingan perikanan sebaiknya mengandung CO2 bebas <>2 bebas sebesar 10 mg/l, masih dapat ditorerir oleh organisme akuatik asal disertai dengan kadar O2 yang cukup. Sebagian besar organisme akuatik masih dapat bertahan hidup hingga karbondioksida bebas mencapai 60 mg/l.

6. BOD

Pengujian yang berhubungan dengan kandungan oksigen dalam air dibedakan menjadi 2, yakni :

1) Uji BOD (Biochemical Oxygen Demand test = uji kebutuhan oksigen biokimia).

2) Uji COD (Chemical Oxygen Demand test – uji kebutuhan oksigen kimia).

BOD/KOB merupakan suatu analisis empiris yang mendekati secara global proses-proses mikrobiologis yang benar-benar terjadi di dalam air. Angka BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan (mengoksidasikan) hampir semua zat organik yang terlarut dan sebagian zat-zat organis yang tersuspensi dalam air. BOD menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk menguraikan atau mengoksidasi bahan-bahan buangan dari dalam air. Jika nilai BOD menunjukkan jumlah bahan organik yang sebenarnya tetapi hanya mengukur secara relative jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan buangan tersebut. Jika konsumsi oksigen tinggi yang ditunjukkan dengan semakin kecilnya sisa oksigen terlarut di dalamnya, maka berarti kandungan bahan buangan yang membutuhkan oksigen adalah tinggi. Organisme hidup yang bersifat aerobic membutuhkan oksigen untuk proses reaksi biokimia yang akan dihabiskan dalam waktu 5 hari oleh pengurai aerobic dalam suatu volume limbah pada suhu 20ºC. Hasilnya dinyatakan denagn ppm. Jadi BOD sebesar 200 ppm berarti bahwa 200 mg oksigen akan dihabiskan oleh sample limbah sebanyak 1 liter dalam waktu 5 hari pada suhu 20ºC.

Pemeriksaan BOD didasarkan atas reaksi oksidasi zat organis dengan oksigen di dalam air dan proses tersebut berlangsung karena adanya bakteri aerobic. Sebagai hasil oksidasi akan terbentuk karbondioksida, air dan amoniak. Reaksi oksidasi dapat dituliskan sebagai berikut :

CnHaObNc + (n + a/4 – b/2 – 3c/4) O2 à nCo2 + (a/2 – 3c/2) H2O + cNH3

Atas dasar tersebut yang memerlukan kira-kira 2 hari supaya 100% dimana 50% reaksi telah tercapai, 5 hari supaya 75% dan 20 hari supaya 100% tercapai, maka pemeriksaan BOD dapat dipergunakan untuk menaksir beban pencemaran zat organis. Reaksi biologis pada tes BOD dilakukan pada temperatur 20ºC dan dilakukan selama 5 hari (BOD205). Demikian jumlah zat organis yang ada di dalam air diukur melalui jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk mengoksidasi zat organis.

Karena reaksi BOD dilakukan di dalam botol tertutup maka jumlah oksigen yang telah dicapai adalah perbedaan antara kadar oksigen di dalam larutan saat t=0 (biasanya baru ditambah oksigen dengan aerasi hingga = 9 mg O2/l, yaitu konsentrasi kejenuhan) dan kadarnya pada t=5 hari (konsentrasi sisa harus ≥2 mg O2/l agar hasil cukup teliti).

Tabel standar BOD untuk Penentuan Kualitas Air

Kondisi Umum Air

BOD

Sangat bersih

Bersih
Agak bersih

Diragukan kebersihannya

Tidak bersih

1 ppm

2 ppm

3 ppm

4 ppm

5 ppm

7. Gelombang

Secara ekologis gelombang paling penting di Mintakat pasang surut. Di bagian yang agak dalam pengaruhnya mengurang sampai ke dasar, dan di perairan Oseanik ia mempengaruhi pertukaran udara dan agak dalam.

Gelombang ditimbulkan oleh angin, pasang-surut dan kadang-kadang oleh gempa bumi dan gunung meletus (dinamakan tsunami). Gelombang mempunyai sifat penghancur. Biota yang hidup di Mintakat pasang surut harus mempunyai daya tahan terhadap pukulan gelombang. Gelombang dengan mudah menjebol alga-alga dari substratnya. Ia diduga juga mengubah bentuk karang-karang pembentuk terumbu. Gelombang mencampur gas atmosfir ke dalam permukaan air sehingga memulai proses pertukaran gas.

8. Arus

Arus mempunyai pengaruh positip maupun negatip terhadap kehidupan biota perairan. Arus dapat mengakibatkan ausnya jaringan-jaringan jadas hidup yang tumbuh di daerah itu dan partikel-partikel dalam suspensi dapat menghasilkan pengikisan. Di perairan dengan dasar lumpur, arus dapat mengaduk endapan lumpur-lumpuran sehingga mengakibatkan bisa mengurangi penetrasi sinar matahari, dan karenanya mengurangi aktivitas fotosintesa. Manfaat dari arus bagi banyak biota adalah menyangkut penambahan makanan bagi biota-biota tersebut dan pembuangan kotoran-kotorannya. Untuk algae kekurangan zat-zat kimia dan CO2 dapat dipenuhi. Sedangkan bagi binatang CO2 dan produk-produk sisa dapat disingkirkan dan O2 tetap tersedia. Arus juga memainkan peranan penting bagi penyebaran plankton, baik holoplankton maupun meroplankton. Terutama bagi golongan terakhir yang terdiri dari telur-telur dan burayak-burayak avertebrata dasar dan ikan-ikan. Mereka mempunyai kesempatan menghindari persaingan makanan dengan induk-induknya terutama yang hidup menempel seperti teritip (Belanus sp) dan kerang hijau (Mytilus viridis). Pada kira-kira 1½ dekade yang lalu faktor-faktor lingkungan yang diuraikan di atas cukup untuk diperhatikan dalam menilai kualitas air untuk budidaya laut. Akan tetapi dengan cepatnya pertambhaan penduduk dan digalakkannya industrialisasi di negara kita, maka dalam sepuluh tahun terakhir ini telah timbul pencemaran air dan pencemaran laut, karena masuknya limbah industri dan limbah rumah tangga yang tak terkendalikan ke dalam lingkungan akuatik.

Tidak ada komentar:

kanguru

KANGURU (Macropus)

Kanguru atau kangguru adalah hewan mamalia yang memiliki kantung (marsupialia). Hewan ini termasuk hewan khas Australia. Kata kanguru diambil dari bahasa Aborigin gangguru. Kanguru adalah mamalia marsupial terbesar, yang digolongkan pada keluarga Makropodidae. Ia dapat meloncat dengan kaki belakang secara stabil dengan kecepatan 40-60 km per jam. Jika berjalan lamban, ekornya berfungsi sebagai kaki ketiga. Kebanyakan kanguru berjalan dengan kedua kaki bergerak bersamaan, bukan kiri kanan, kiri kanan. Ia pun bisa bertahan tanpa minum air selama berbulan-bulan karena memiliki kantong minuman. Ia adalah pemakan rumput dan dedaunan.

Regnum : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mammalia

Subkelas : Marsupialia

Ordo : Diprotodontia

Suborde : Phalangerida

Familia : Macropodidae

Genus : Macropus

Spesies terbesar binatang kanguru, yaitu kanguru merah, dapat memiliki kepala hingga sebesar seekor biri-biri, dengan tinggi badan mencapai 7 feet (210 cm). Sebenarnya di masa lampau pernah hidup spesies kanguru dengan ukuran lebih besar lagi. Dari penemuan fosil, tinggi spesies kanguru raksasa ini menjulang hingga 10 feet (304 cm, setinggi ring basket), dengan kepala sebesar kuda poni Shetland. Tentu saja tidak semua kanguru berukuran raksasa. Ada jenis kanguru dalam bentuk miniatur, diantaranya adalah Musk Kangoroo, yang besarnya tidak lebih dari seekor kelinci

Kanguru purba dan hewan-hewan berkantung raksasa yang pernah hidup di Australia kemungkinan besar mengalami kepunahan karena kelaparan dan perubahan iklim bukannya diburu manusia. Penelitian yang dilakukan pada situs penggalian di Danau Menindee, bagian barat New South Wales menunjukkan bukti bahwa iklim dingin pada akhir Zaman Es diliputi kekeringan yang menyebabkan mamalia-mamalia raksasa mati kelaparan.

Para paleontologi yang melakukan penggalian di bagian utara Benua Australia menemukan fosil spesies yang diperkirakan sebagai kanguru predator. Mamalia berkantung yang mirip dengan kanguru namun memakan daging tersebut hidup antara 10 juta hingga 20 juta tahun lalu.

Profesor Mike Archer dari Universitas New South Wales mengatakan penggalian ini berhasil menguak materi yang benar-benar baru. Menurutnya, kanguru pembunuh mungkin tidak berbentuk seperti kanguru modern yang hidup di Australia saat ini. "Gigi taringnya panjang dan berlari dengan kaki belakangnya yang panjang bukannya melompat," kata Archer.

Tim peneliti juga menemukan fosil burung yang mungkin sama-sama bersifat karnivora atau pemakan daging. Burung yang berbentuk seperti bebek namun ukurannya sangat besar ini dijuluki burung setan dari neraka. Tingginya mencapai 3 meter dan berat sekitar 440 kilogram.

Sosok kangguru pemakan daging (kiri) dan singa berkantung (kanan)

yang pernah hidup di Australia jutaan tahun lalu.

Fosil-fosil tersebut digali dari tiga situs penggalian yang terletak bagian paling timur Queensland selama dua minggu terakhir. Kebanyakan fosil berumur lebih tua dari 20 juta tahun bahkan diyakini terdapat fosil di endapan berumur 500 juta tahun. hewan-hewan tersebut mirip dengan hewan sejenis yang hidup di benua lainnya namun berkembang dengan keunikan di Australia. Dari situs penggalian telah ditemukan sekitar 20 jenis makhluk hidup yang belum diketahui sebelumnya. penelitian lanjutan untuk mempelajari fosil-fosil tersebut lebih mendetail. Peneliti juga berusaha menguak kondisi dan pengaruh perubahan iklim terhadap perkembangan makhluk-makhluk hidup yang pernah menghuni Bumi di masa lalu itu.

Kanguru (hewan berkantung), mamalia yang memilki kandungan ganda, melahirkan anak yang perkembangannya masih sangat kurang lengkap dan juga ukurannya sangat kecil serta masih lama menempel pada puting induknya. kanguru, baik yang sekarang masih hidup maupun yang sudah menjadi fosil, tergolong infrakelas Metatheria yang bersama dengan Eutheria (mamalia sejati). Infra kelas mamalia yang masih hidup dan yang masih tersisa adalah Prototheria hanya mencangkup monotremata (hewan kloaka) atau mamalia (hewan menyusui) yang bertelur (platypus).

kanguru merupakan satu-satunya ordo Metatheria dan karena itu disebut juga Didelphia , suatu nama yang ada dengan kandungan ganda. Pada semua kanguru saluran urine (ureter) yang berjalan dari ginjal ke kantung urine, membagi alat-alat kelamin yang sedang berkembang sehingga pada betina dewasa baik kandungan maupun vagina (penyalur pengangkatan spermatozoa yang akan membuahi), merupakan struktur ganda. Pada kanguru jantan , kedua penyalur sperma yang akan menghantarkan spermatozoa dari testis ke alat kopulasi (penis), terletak di luar saluran urine sedangkan pada mamalia sejati (theria) terletak diantara saluran-saluran urine. Ciri-ciri organ untuk berkembang biak merupakan satu-satunya cara pasti untuk membedakan antara kanguru dan mamalia sejati. Sebelum perbedaan ini diketahui beberapa diantara kanguru yang dewasa ini masih hidup digolongkan mamalia sejati. Kantung yang telah memberi nama kepada hewan berkantung, sebenarnya bukan merupakan ciri mutlak, bahkan bukan suatu ciri umum kelompok ini. Kantung ini misalnya sama sekali tidak ada pada kanguru primitif. Beberapa fosil yang kini dianggap mamalia yang dinaggap suatu infra kelas yang diragukan, mungkin juga merupakan kanguru tetapi oleh karena fosil yang tersimpan dan masih utuh organ-organnya untuk berkembang baik mungkin tidak dapat ditemukan hingga harus menggunakan ciri-ciri anatomis lain.

kanguru dibagi atas kelompok, suatu pembagian yang didasarkan terutama atas jumlah dan bentuk gigi. Dibidang ini ada beberapa perbedaan jelas antara kanguru dan mamalia lain. Mamalia masa kini berasal dari nenek moyang yang dimasing-masing belahan rahang atas memiliki lima gigi seri, satu gigi taring dan jumlah geraham palsu maupun sejati yang sama jadi rumus gignya adalah gigi atas 5.1.3.4., gigi bawah 4.1.3.4. dan seluruhnya lima puluh gigi. Sedangkan rumus gigi mamalia sejati pada bentuk primitif paling tinggi gigi atas 3.1.4.3., gigi bawah 3.1.4.3. dengan empat puluh empat gigi. Jadi kanguru dengan nenek moyangnya mempunyai lebih banyak gigi seri daripada mamalia sejati. Jumlah gigi geraham (palsu = premolar dan sejati = molar) semula pada kedua kelompok yang sama tetapi kanguru mempunyai tiga geraham palsu, sedangkan mamalia hanya mempunyai empat buah. kanguru mempunyai empat geraham sejati hanya memiliki tiga buah. Gigi seri berbentuk pahat atau kapak, sedangkan gigi taringnya tajam. Gigi-gigi palsu selalu berlainan, bentuknya juga biasanya lebih kecil dari yang sejati. Umumnya kanguru dapat dibagi atas dua kelompok besar yang didalam klasifikasi lebih lama terkadang disebut sebagai ordo tersendiri. Kelompok-kelompok ini adalah kanguru polyprotodont yang memiliki enam atau lebih gigi seri dalam setiap rahang, kanguru diprotodont yang mempunyai enam gigi seri dalam rahang atas dan dua gigi seri yang membesar, menjorok kedepan dibagian depan dalam rahang bawah.

Metode kedua untuk membagi kanguru adalah atas ciri-ciri kaki belakangnya, pada beberapa kanguru, jari kedua dan ketiga sangat berkembang sedangkan jari ini pada hewan lain justru mengalamai reduksi dan bersambung dengan yang lain dibagian ujung. Yang pertama disebut bentuk Didactyl dan yang kedua Syndactyl .Klasifikasi yang didasarkan pada bentuk gigi seri dan struktrur kaki adalah bertentangn dana tidak memuaskan, kelompok Didel-phidae (oposum amerika utara dan selatan dan beberapa jenis amerika selatan lainnya) serta kanguru buas yang sudah punah (borhyaenidae) adalah polyprotodont dan didactyl. Tikus oposum dari amerika selatan juga didactyl tapi memperlihatkan bentuk dyprotodont dan pada beerapa jenis ada pengurangan jumlah gigi seri. Daesyuridae australia (tikus kantung, serigala kantung, iblis, tazmania, dll) adalah lyprotodont dan didactyl, akan tetapi pra meliadae australia (bandicut) adalah polyprotodon t dan sindactyl . Phalangeridae australia ( kanguru memajat, koala, hobat, kanguru dan walabi) adalah diprotodon dan sindactyl. Ahli paleontologi dan zoologi amerika G.G Simpson menyarankan untuk mengklasifikasikan kelompok-kelompok tadi sebagai super family. Dari situ jelas bahwa perameridae dan caenolestidae atas dasar gigi dan jari-jari mereka, tidak dapat dimasukkan klasifikasi manapun juga.

Hewan fosil berkantung tertua adalah didelpidae yang berbeda dari beberapa jenis yang masih hidup di amerika utara dan selatan. Alphadea, kanguru dari zaman Krestascikum (kapur) amerika utara, mungkin nenek moyang yang menurunkan didelpidae yang masih hidup. Umum diterima bahwa kanguru berasal dari amerika utara, punah disitu dan pada akhir pliosen kembali ke amerika utara dari amerika selatan. kanguru yang pergi ke amerika selatan disertai atau segera diikuti oleh mamalia sejati yang sama-sama menghuni bagian bumi tadi, sesudah daerah itu menjadi pulau karena hubungan dengan amerika utara menjadi terputus. Di amerika selatan kanguru berkembang menjadi insektivora, karnivora kecil dan besar, tetapi tidak ada yang menjadai herbivora. Herbivora ini diantara mamalia sejati sudah ada dalam jumlah besar. Punahnya kanguru karnivora besar di amerika selatan (berhyaenidae) mungkin dipercepat oleh datangnya karnivora sejati yang terjadi ketika dikala pliosen benua tadi disambung kembali ke amerika utara.

kanguru menyebar juga dari amerika utara ke benua erasia, rupa-rupanya melalui sambungan yang kini disebut alat bering. Disitu hewan ini punah dikala miosen, pada waktu yang sama seperti kanguru dini, di amerika utara. kanguru mencapai australia, tempat mereka mengembangkan jumlah terbanyak ragam jenisnya di australia, tempat mereka mengembangkan jumlah terbanyak ragam jenisnya seperti insektivora, karnivora kecil dan besar, dan sejumlah besar herbivora karena tidak ada saingan berupa mamalia sejati. Karena ada radiasi adaptif kanguru di australia itu besar, maka kini hanya ada wakil-wakil yang hidup di tanah atau di pohon, yang berpindah dengan berjalan, melompat atau melayang diudara. Hewan ini memperoleh nama yang menyatakan adanya kemiripan dengan mamalia sejati, seperti bajing berkantung, bandicut, dan tikus berkantung. Bagaimana kanguru mencapai australia tidak diketahui, tapi mungkin menyebrangi selat bering kemudian menyusuri daerah-daerah pantai samudera pasifik, sampai di australia. Agaknya tidak pernah ada hubungan total baik antara australia dan asia barat daya, maupun antara australia dan amerika selatan. Kalau hal itu mungkin pernah ada , maka mamalia sejati sudah pasti masuk ke australia bersama kanguru, karena sudah hampir dapat dipastikan bahwa ketika kanguru hijrah, kedua jenis hewan ini sudah ada. Diperkirakan bahwa kanguru menyebrang laut dari pulau ke pulau, dan dengan cara demikian sampai australia.

kanguru tidak memiliki gigi geligi susu seperti mamalia sejati. Dimasing-masing belahan rahang hanya ada satu geraham susu, yakni premolare desidous . Gigi ini sudah dini oleh gigi diganti oleh gigi geraham palsu permanen (premolar). Geraham susu ini berlainan dengan geraham palsu permanen yakni berbentuk geraham sejati. Penelitian – penelitian kini telah menimbulkan kesangsian mengenai ketepatan namanya dan mungkin lebih tepat kalau dianggap sebagai geraham sejati, hingga jumlah geraham sejati disetiap belahan rahang menjadi lima dan jumlah geraham palsu dua. kanguru selama perkembangan dini mempunyai sejumlah rudimenter (menyusut) yang dapat berubah-ubah terkadang disebut prelakteak yang dini sudah menghilang atau tidak berkembang melampaui tahap bibit awal.

kanguru mempunyai jumlah kromosom yang lebih kecil dari pada jumlah yang dimiliki mamalia sejati atau yang bertelur. Tapi memiliki jumlah de-oxyribonucleice acid (DNA) yang setingkat nilainya. DNA kanguru jumlah kromosomnya kurang dibanding mamalia lain, tetapi ukurannya lebih besar jumlah kromosom kanguru antara 10 dan 32 (rata-rata 18), sedangkan jumlah rata-rata pada mamalia lain ini berbeda dengan dengan burung jantan dan beberapa reptil jantan, karena membuat 2 macam sel mani, karena itu yang jantan disebut heterogematis, sedangkan betina homogamatis, karena hanya memproduksi satu macam sel telur. Perpaduan sel mani kromosom-Y dengan sel telur menghasilkan turun jantan, sedang perpaduan sel mani berkromosom-X dengan sel telur menghasilkan turunan betina.

Seperti pada mamalia sejati, kanguru yang menyimpang yang memiliki kromosom-Y, biasanya mempunyai bentuk betina, sedangkan satu kromosom_Y tunggal dapat mengimbngi pengaruh 2 kromosom –X pada individu yang menyimpang dengan kromosom-X pada individu yang menyimpang dengan kromosom-X extra. Jadi kromosom-Y sangat menentukan kelamin jantan, suatu situasi yang berlaku juga bagi mamalia sejati. Struktur kanguru sangat sederhana dan lebih kecil dari pada otak mamalia sejati yang sama besarnya. Gabungan serat –serat saraf, corpus callosum, yang pada mamalia sejati menghubungkan otak kiri dengan otak kanan, pada kanguru kantung tidak ada, atau hanya ada dalam bentuk rudi-menter. Tengkorak kanguru ditandai dengan tempat bagian otak berukuran kecil, kecilnya jarak antara rongga mata dan perkembangan yang relatif besar yang dialami bagian yang terletak di depan otak, mencakup rongga hidung. Sesuai dengan hal ini, maka kanguru memiliki indria hidung yang baik , sedangkan kemampuan penglihatannya kurang kuat, tetapi disesuaikan dengan kehidupan malam. Tulang-tulang hidung yang merupakan sisi atas rongga hidung kearah rongga mata menjadi semakin lebar, sedangkan pada mamalia sejati justru menjadi lebih sempit. Baik pada mamalia sejati maupun pada kanguru ada lubang-lubang yang sama untuk dilalui syaraf dan pembuluh darah, tetapi, tetapi pada kanguru foramen opticum yang dilalui syaraf mata menjadi satu dengan lubang terdepan untuk syaraf mata dan bagian terdepan syaraf trigeminus. Disisi samping tempurung tengkorak mamalia sejati ada lubang tersendiri bagi syaraf mata dan syaraf –syaraf otot mata. Tulang rahang bawah atau mandibula kanguru memiliki suatu kelanjutan khas yang seperti siku (processus angualaris). Gelang pinggul, kecuali pada srigala berkantung, mempunyai sepasang tulang kantung yang mengarah kedepan. Tulang ada pada kedua jenis kelamin, baik pada kanguru yang ada kantungnya maupun tidak. Tulang itu ada juga pada hewan kloaka atau hewan berparuh (monotremata) dan ada juga pada beberapa anggota mulituberculata (suplas allotherhia) yang sudah punah serta pada reptilia yang mirip mamalia. Reptilia mirip mamalia ini, dalam banyak hal ada ditengah-tengah antara reptila dan mamalia.

Masa hamil pada semua kanguru singkat. Pada bandicut hidung panjang dan bandicut hidung pendek masa hamil 12 hari, pada oposum amerika utara 13 hari, pada oposum australia 17 hari dan tidak lebih lama dari 38 hari, pada kanguru terbesar. Anak oposum australia beratnya pada waktu lahir hanya 0,2 gr atau kira-kira 0,013% dari berat badan induknya dan kanguru raksasa merah yang baru lahir beratnya 1,5 gr atau kira-kira 0,003% dari berat badan induknya. Lama masa hamil matrsupialia tidak memproduksi hormon reproduktif seperti mamalia sejati. Ini mungkin yang menerangkan singkatnya masa kehamilan, sebab anak dilahirkan pada masa akhir penyaluran hormon kerahim atau tidak lama sesudahnya. Masa penyaluran hormon diperpanjang selama kehamilan oleh kegiatan hormon yang dihasilkan dalamplasenta. Pada kanguru biasanya ada satu telur yang dibuahi dalam salah satu kandungan, sedangakan sang induk menyusui anak yang lahir terlebih terdahulu. Telur yang sudah dibuahi istirahat sampai anak di sapih.

Apabila anak ini kecelakaan maka perkembangan telur dibuahi berjalan terus. Hal ini menerangkan mengapa kanguru dalam kurungan dapat memperoleh anak lagi tanpa dalam masa yang sama hadir seekor jantan. kanguru yang muda disusui dalam kantung. Pada bentuk-bentuk tanpa kantung anak dalam masa ini menempel erat-erat pada puting, lama masa ini pada berbagai jenis berbeda-beda dan selama periode ini anak berkembang sampai suatu stadium yang dalam garis besar yang sama dengan yang dijumpai pada kelahiran mamalia sejati. Periode anak tinggal di kantung dapat bervariasi dari kira-kira delapan minggu pada bandicut hidung pendek sampai akhir setahun pada kanguru raksasa abu-abu. Sesudah masa ini anak yang tidak hidup lagi dikantung masih juga disusui beberapa lama. Bahkan juga kalau sudah ada anak baru dalam kantung. Sang induk lalu mengeluarkan dua jenis susu.

DAFTAR PUSTAKA

http://www2.kompas.com/ver1/Iptek/0607/14/100537.htm. Di muat Jumat, 14 Juli 2006 - 10:05 wib. Akses 14 Desember 2008

http://www2.kompas.com/ver1/Iptek/0608/16/102121.htm. Di muat Rabu, 16 Agustus 2006 - 10:21 wib. Akses 14 Desember 2008

http://nursetyanto.wordpress.com/2007/03/01/kanguru/. Akses 14 Desember 2008

http://id.wikipedia.org/wiki/Kanguru. Akses 14 Desember 2008

http://www.sttnas.ac.id/gapadri/Artikel/22%20Oktober%202005/Marsupialia.html. Akses 14 Desember 2008